“Bermimpilah, Niscaya Tuhan Memeluk Mimpi itu” #Arai-Sang Pemimpi
Ada banyak jalan ke Roma, yup itu benar adanya, ada banyak juga jalan untuk
untuk mewujudkan mimpi, tergantung bagaimana usaha kita di sertai kesabaran dan
berdoa. Hal ini yang mendorong penulis blog ini untuk melanjutkan kuliah ke
jenjang lebih tinggi, dengan beasiswa tentu saja.
Lulus dari Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial menyandang gelar S.ST tidak
membuatku puas, sedikit ambisius, tapi aku menyukainya, bergelut dalam bidang
pendidikan, dalam hal ini ingin menjadi seorang Dosen. Bersyukur orangtua mendukung
cita-cita itu, walau aku menyakinkan mereka dengan berharap mendapat beasiswa
setidaknya bisa meringankan, bukan benar-benar menghilangkan, karena aku tahu
jalan perjuangan ini masih panjang.
Lulus dari STKS Bandung, yang pertama dalam benakku adalah mendapatkan
sertifikat bahasa inggris, TIPS PERTAMA, dapatkan
sertifikat bukti kemampuan bahasa inggris. IELTS yang menjadi pilihanku,
karena secara global IELTS banyak di pakai sebagai tolak ukur pendidikan
tinggi, selan itu materi tes terbilang lengkap di banding lain, sehingga juga
menjadi tolak ukur terhadap kemampuan kita sendiri. Karena bertaraf
International biayanya juga tidak murah, memakai kurs mata uang asing. Waktu
pertama kali mendaftar aku mendaftar di kantor IDP Bandung, lembaga yang khusus
memberikan informasi Pendidikan Tinggi di luar negri (Terutama Negara-negara
maju seperti Australia dan Inggris) dan mengantongi ijin mengadakan tes IELTS
di Indonesia(di daerah asalku belum ada, jadi mumpung masih di Bandung maka tes
di laksanakan di Bandung setelah wisuda:D ).
Tes berlangsung dua bulan sekali, karena terbatasnya tempat duduk untuk
ikut tes, jadi ada baiknya mendaftar jauh-jauh hari agar mendapat kursi ksong. Alhamdulilalh
ketika aku mendaftar ada bangku kosong satu, bulan itu juga, prosedurnya adalah
datang ke kantor LPDP mengenai ujian/tes, membayar biaya tes dengan kurs mata
uang asing kira-kira dalam rupiah sekitr 2 juta-an. Ujian dilaksanakan dua kali
sesi, pertama adalah sesi tertulis dengan sub-tes LISTENING, READING dan WRITING.
Kemudian yang terakhir adalah Speaking bersama dengan Native Speaker alias
penguji dari luar negri (bule). Masing-masing memiliki tingkat kesulitan dan
mesti banyak berlatinh, kursus tambahan akan sangat membantu, karena penulis
pengalaman ini sama sekali tidak belajar dengan orang lain, selain pendidikan
formal di kelas, penulis hanya belajar secara otodidak dari buku-buku,
mendengarkan musik dan nonton film. Sebagai tambahan mungkin bagus, akan tetapi
hasilnya kurang, terbukti ketika hasil tes keluar skor menunjukkan tinggat
Average atau rata-rata, bahkan untuk ukuran masuk universitas luar negri di
jenjang master di bawah rata-rata.
Tapi itu bukan alasan menyerah, TIPS KEDUA, Ikhtiar,
berDo’a dan Tawakal, yup, semangat tanpa ada habisnya, pertama carilah
informasi beasiswa, bagiku dimanapun tidak masalah. Sebut saja di Spanyol
dimana bahasa inggris bukan bahasa utama akan tetapi beasiswanya PANACEA
mensyaratkan Skor IELTS yang standar? Ada banyak negara lain seperti Korea,
Jepang, Thailand yang serupa mensyarakan bahasa inggris yanng standar karena
negaranya bukanlah pengguna bahasa inggris. Secara nekat aku daftarkan semua,
walau bisa di bilang tentu dengan sungguh-sungguh, setiap beasiswa memberikan
syarat-syarat tertentu untuk seleksi dokumennya, dan semuanya harus di lengkapi
dengan baik. Setelah usaha (ikhtiar), tidak lupa berdo’a dan berserah diri
kepadaNya(Tawakal), akhirnya semuanya di tolak, hehehe.
Masih banyak yang lain begitulah pikirku, sebut saja beasiswa pemerintah
maju bagi negara berkembang sangat banyak, seperti Beasiswa Stunned(Belanda),
Beasiswa Eramus Mundus(Inggris), Beasiswa ADS(Australia), beasiswa
Fullbright(Amerika), Beasiswa New Zealand, dan lain sbagainya, kalian bisa
tanya mbah yang hampir tau segalanya, siapa lagi kalau bukan Mbah Google :P .
Beasiswa di Indonesia juga tidak kalah banyak, sebut saja program
perusahaan seperti Sampoerna Foundation, Pertamina, Djarum dan dari Pemerintah Indonesia
seperti beasisiwa unggulan, Beasiswa Dikti, LPDP, Calon Dosen dan beberapa dari
Lembaga seperti Tanoto Fondation. Tapi semuanya juga perlu usaha, paling tidak
untuk dokumen persyaratan sudah lengkap dan d akhiri tawakal di sempurnakan d’oa.
Proses yang panjang menempatkanku harus kembali ke Bandung(Sudah pulang
kampung beberapa bulan), karena persyaratan beasiswa banyak yang harus di urus
di kampus asal kita. Sering ke perpus juga menjadi keseharian pencari beasiswa,
banyak usaha, insya Allah ada jalannya. Usaha kadang harus lebih daripada orang
lain bagaimana penulis hanya demi tanda tangan dosen hujan-hujanan dengan musibah
ban motor pecah(motor pinjaman pula) menyambangi bandara hanya untuk
mendapatkan tanda tangan rekomendasi seorang dosen, menunggu berjam-jam dan ternyata
berselisih jalan, akhirnya penulis kembali hujan-hujanan mendatangi rumah
beliau yang jaraknya lumayan jauh dan Alhamdulillah selalu ada hikmahnya karena
beliau mau dititipi berkas dokumen dimana sebelumnya penulis kerepotan harus membuat
rekening bank asing demi pendaftaran. Bagaimana penulis blog ini juga, jalan kaki,
di panas terik jakarta sampai kulit kaki terkelupas demi kejelasanan beasiswa,
bagaimana karena keteledorannya, dari jogja harus kembali ke bandung padahal
baru hari itu datang dan malamnya harus berangkat lagi dengan bis malam karena
kekurangan dokumen (kesalahan surat rekomendasi), semuanya hanya demi
cita-cita.
Beruntunglah mereka yang bisa sekolah setinggi-tingginya tanpa harus
memikirkan bagaimana sulitnya bagi orang seperti penulis mendapatkan biaya
untuk kuliah lagi. Tapi penulis beruntung memiliki orangtua yang mensupport
perjuangan ini, tanpa mereka tentu akan lebih berat lagi, seperti yang penulis
bilang di awal, paling tidak meringakan beban mereka nantinya.
UI, Universitas Indonesia, tergerak melihat teman yang sudah lanjut kuliah
disana, aku juga mencoba-coba daftar disana, dengan tumpangan sahabat selama
masih kuliah di bandung yang sekarang melanjutkan studi di UI penulis mendaftar
dan mengikuti ujian. Meskipun bisa di bilang, penulis tidak mendapati adanya
beasiswa yang diberikan di UI kecuali dari lembaga seperti Tanoto akan tetapi Cuma
berlaku bagi mahasiswa semester akhir kalau tidak salah. Menunggu kurang lebih
sebulan penulis idnyatakan lulus dan diminta melakukan pendaftaran ulang dengan
biaya Rp.13.000.000, tidak ada biaya, penulis tidak melakukan registrasi.
USM, University Sain Malaysia, penulis mendapat rekomendasi dari seorang
dosen yang luar biasa, bisa di bilang inilah kampus impian penulis, dengan
usaha/ikhtiar luar biasa, penulis dinyatakan diterima di kampus itu, meskipun
kejelasanan beasiswa dari MIS(Malaysia International Scholarship) belum ada sampai sekarang sebagi support
finansial disana. Karena jujur saja, kampus seperti UI saja tidak mampu, bagaimana
dengan di luar sana? Meskipun ada kekecewaan mendalam sampai sekarang.
UGM, Universitas Gajah Mada, siapa yang tidak kenal kampus nomor wahid di
negara ini, penulis mencoba peruntungan dengan dua jurusan di kampus ini, salah
satunya tidak bisa di lanjutkan karena adanya martikulasi yang bisa di bilang
membingungkan syarat dan prasyaratnya. Meskipun penulis dengar masuk kampus ini
sangat sulit, teman asrama(kebetulan tinggal di asrama daerah ketika di jogja
untuk menghemat biaya) mendaftar tiga kali dalam jalur berbeda dan gugur juga
tiga kali, penulis tidak tahu apa yang dia rasakan tapi pasti rasanya kecewa
sekali.
LPDP, Lembaga Pengelola Dana Pendidikan, sebuah lembaga yang di prakarsai
Kementrian Keuangan memberikan beasiswa kepada siapa saja yang ingin
melanjutkan studinya ke jenjang lebih tinggi, ya siapa saja, walau saya sedikit
heran ketika melihat saat menunggu tes, ada peserta yang datang dengan mobil
sendiri padahal masih muda dan seperti anak orang kaya, atau yang datang adalah
dosen yang telah jadi dosen tetap dimana mungkin menjadi dosen akan lebih mudah
mendapat beasiswa dari kampus sendiri, ada rasa ketidak adilan, tapi perasangka
buruk seperti itu adalah salah satu penyakit hati, penulis membuangnya jauh
jauhnya, masing masing ada rejekinya, dan akhirnya nama penulis muncul di SK
LPDP sebagai calon penerima beasiswa. Sujud syukur tergerak, walau kendalanya
belum berhenti disitu, dan masih berlanjut......
Sedikit masukan bagi kalian yang ingin berburu beasiswa;
- Yang
pertama adalah niat, niat dari dari jauh-jauh hari karena kemampuan akademik
sebelumnya harus memadai, dalam hal ini sewaktu S1 usahakan nilai kalian
CumLaude.
- Pelajari
kemampuan bahasa asing, terutama bahasa inggris, usahakan mendapatkan
sertifikat yang di akui dan dengan nilan memadai.
- Ikhtiar,
Do’a dan Tawakal. Usaha sampai habis sehabis habisnya keringat, jangan lupa
berdoa dengan yang di atas, dan berserah diri atas apapun hasilnya nanti.
Ingatlah, Allah
merahasiakan masa depan untuk menguji kita agar;
- Berprasangka
baik
- Merencanakan
dengan baik
- Berusaha
yang terbaik
- Serta
bersyukur dan bersabar
Sekian Tipsnya,
terimakasih telah mebaca tulisan yang masih banyak kekurangannya ini, sampai
jumpa di postingan berikutnya :)